Rabu, 16 April 2014

Tiada Lagi Kata Cintaku


Sia sia sudah
Kita jalin cinta
Bila hati selalu berbeda

Sampai kapan lagi
Ku harus menahan
Rasa kecewa di dalam dada

Seandainya kita masih bersatu
Tak mungkinkan menyatu
Walau masih ada sisa cinta
Biarkan saja berakhir sampai
Di sini

Tiada lagi yang ku harapkan
Tiada lagi yang ku impikan
Biar aku sendiri tanpa diri mu

Tiada lagi kata cintaku
Takkan lagi ku bersama mu
Biar ku simpan semua
Kenangan ku bersamamu

Mawar itu milik aku


Disaat mawar itu mulai layu, menjatuhkan kelopak indahnya satu persatu dan hanya tersisa tangkai kecilnya yang berusaha tetap kukuh, mempertahankan dirinya untuk tetap berdiri.
Kini, tidak ada lagi keindahan darinya, hanyalah duri tajam, menyakitkan siapa saja yang cuba meraihnya, tanpa ada keindahan di dalamnya. Mawar tersebut tertunduk, berharap datang seekor kupu-kupu yang membawa serbuk-serbuk; pembawa kehidupan yang baru.

Cinta itu seperti mawar, indah, namun menyakitkan, memiliki pertahanan, namun rapuh.
Setangkai mawar yang indah, akan menjadi kebun mawar yang subur dan jauh lebih indah jika terdapat cukup unsur yang melengkapinya. Sebaliknya, jika mawar tersebut dibiarkan tumbuh tanpa ada unsur yang menyertainya, akan layu, tanpa meninggalkan setitik pun keindahan. Warna cerahnya akan pudar, berubah menjadi hitam kelam. Wanginya yang lembut, akan hilang, tanpa meninggalkan bekas. Tangkainya yang kukuh, perlahan tertunduk; layu . Sama seperti cinta; tanpa kepercayaan, saling menghargai, perhatian, saling mengerti, dan kasih yang tulus ianya tiada erti untuk hidup bercinta. Tinggalkan sajer cinta itu…biarkan ianya hanya sekadar memori.